لاَ تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ فَلِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّة

Artinya: “Jangan menghina orang yang lebih rendah daripadamu, karena setiap sesuatu itu mempunyai kelebihan”

          Kehidupan ini tidak terlepas dari cobaan dan ujian. Tidak ada seorang pun yang terlahir ke dunia tanpa mengalami ujian sedikit pun. Seseorang yang kaya dan berharta, Allah memberikan kenikmatan kepada hambanya segai ujian hidup baginya. Menguji dengan “Apakah ia bersyukur atau kufur ?’’.  Jika seseorang dalam hidupnya mengalami keadaan susah Maka, Allah memberikan ujian untuknya.

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dari kalangan manusia agar kita bisa mencontoh jejak perjalanan Rasulullah SAW. Seperti, kehilangan anggota keluarganya. Nabi Muhammad SAW kehilangan ayah ketika di dalam kandungan ibunya, ditinggal wafat ibunya ketika berusia 6 tahun, kemudian kakek dan pamannya pun wafat meninggalkan beliau. Dan masih banyak lagi Allah memberikan cobaan untuk beliau. Itulah tanda kasih dan saying Allah terhadap hambanya.

          Kisah oleh Abdullah bin Muhammad yang memenuhi hidupnya dengan kesabaran ketika ditimpa musibah dan bersyukur di saat lapang. Diriwayatkan oleh imam ibnu Majah dalam Kita bats-Tsiqah. Abdullah bin Muhammad menuturkan: Suatu hari ketika aku melihat seorang laki-laki yang kedua tangannya bunting, kedua kakinya pun tiada, ditambah telinga yang sudah tuli dan mata yang telah rabun. Namun aku mendengar ia mengatakan:

“ Ya Allah, tunjukilah aku untuk selalu mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan bersyukur atas kemuliaan yang engkau berikan kepadaku atas hamba-hambaMu yang lain”.

          Hikmah yang dianugerahkan kepada kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Memberikan sebuah pelajaran hidup sekaligus pendidikan islami. Keikhlasan tidak akan sempurna, kecuali memiliki niat yang benar dalam beramal, berbuat kebaikan semata-mata hanya untuk Allah dan membersihkan jiwa kita dari campuran dan keinginan yang bersifat pribadi dan duniawi.-Dr. Yusuf al-Qaradhawi.

Pada dasarnya tujuan hidup di dunia adalah mengabdi pada Allah, dengan cara yang bermacam-macam. Ketika kapasitas keimanan kita masih terasa rapuh sehingga potensi terseret ke lembah keburukan lebih besar ketimbang mengajak pada kebenaran, maka saat itulah kita harus bisa memosisikan dari mana baiknya yang dapat kita ambil.

          Allah tidak pernah membebani seorang hambanya kecuali sesuai dengan kesanggupannya. “Ikhlas tidak akan sempurna, kecuali memiliki niat yang benar dalam berbuat. Jadi dirimu sendiri jangan mementingkan kepentingan orang lain sebab, kepribadian yang baik berawal dari pribadi yang agung.   

Oleh: Sintya Kartika Prameswari
Alumni Pondok Modern Asy-syifa Angkatan 18
Mahasiswi UNIDA Gontor